Senin, 18 April 2011
Perjalanan menggunakan sampan bermotor satu berlanjut menuju Pulau Cipir atau Pulau Khayangan. Sebelumnya, peserta wisata sejarah "Historical Island Adventure (HIS)" yang diadakan oleh Komunitas Historia Indonesia (KHI) menelusuri Pulau Kelor.
Untuk masuk Pulau Cipir perlu tiket masuk sebesar Rp 2.000. Pulau elok dengan pasir putih itu ternyata menyimpan kisah menyeramkan. Inilah pulau tempat banyak orang disuntik mati. Jika Anda berjalan ke sisi berseberangan dari arah dermaga, Anda akan menemukan sebuah reruntuhan bangunan yang menghadap ke laut.
Pada masa kolonial Belanda, bangunan tersebut adalah bangsal Rumah Sakit. Namun saat Belanda kalah perang dari Jepang, Jepang yang berkuasa menjadikan bangsal itu sebagai tempat hukum gantung untuk orang Belanda dan pribumi. Rumah sakit saat kolonial Belanda salah satunya berfungsi untuk karantina penyakit menular. Namun kemudian berfungsi menjadi karantina haji.
"Ada cerita tentang sesuatu yang kita banggakan tapi kalau dinilai dari sejarah tidak terlalu perlu. Gelar haji itu baik, berarti telah menunaikan ibadah dan disegani. Tapi ternyata pada zaman kolonial, Belanda yang memberi gelar haji itu. Orang-orang dikarantina haji di pulau ini, kalau sudah lulus gelar itu diberikan. Karena itu gelar haji hanya ada di Indonesia," jelas pendiri KHI Asep Kambali yang juga sering menjadi pemandu wisata sejarah.
Mengapa Belanda perlu mengkarantina orang-orang yang naik haji? Belanda memberi alasan untuk menjaga kesehatan. Namun, Asep menceritakan pemerintah kolonial khawatir terhadap meluasnya gerakan Pan-Islam.
Sementara orang yang melaksanakan ibadah haji biasanya bertahan di tanah Arab paling sedikit tiga bulan. Mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk belajar agama kepada ulama-ulama terkemuka. Ide Pan-Islam yang menentang penjajahan non-Islam akan memberi dampak pada militansi orang yang menunaikan ibadah haji.
"Belanda khawatir orang yang naik haji sudah tercemar paham Pan-Islam. Mereka khawatir kalau tidak dikarantina nanti memberontak ke Belanda. Gelar haji diberi supaya kalau dia sudah keluar dari karantina, Belanda bisa tetap mencari dia," jelasnya. Nyatanya, kekhawatiran Belanda itu benar adanya. Para pahlawan dan pemimpin yang menentang Belanda adalah orang-orang bergelar haji.
Usai berkeliling Pulau Cipir, peserta pun kembali naik ke sampan. Tujuan berikutnya adalah Pulau Onrust. Pulau Kelor, Pulau Cipir, dan Pulau Onrust adalah pulau-pulau kesatuan yang disatukan oleh sejarah mulai dari masa awal kedatangan orang Belanda hingga masa kolonial Belanda. Para peserta HIS berpetualang menelusuri pulau-pulau tersebut. Selain ketiga pulau tersebut, Pulau Bidadari dan Pulau Edam pun kental akan sejarah kolonial Belanda.
sumber : kompas
0 komentar:
Posting Komentar