Senin, 23 Mei 2011
Museum Fatahillah, Jakarta |
Akhir minggu kemarin, saya diajak teman saya untuk hunting foto di kawasan Kota Tua, Jakarta. Lebih tepatnya di Museum Fatahillah. Tanpa ragu-ragu saya mengiyakan ajakan teman saya itu. Kesempatan bagus untuk melatih skill fotografi saya karena disana sudah pasti banyak objek-objek foto. Bahkan teriknya matahari pun tidak menyurutkan semangat saya untuk hunting foto di sini.
Benar saja, baru saja sampai di lokasi, saya sudah mendapatkan objek foto yakni segerombolan anak-anak SMP yang sedang bernarsis-narsis ria di depan Museum Fatahillah. Tingkah mereka sangat lucu, sepertinya semua anak tidak mau ketinggalan untuk bisa ambil bagian dari foto. Saya dan teman saya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku anak-anak jaman sekarang yang tingkat kenarsisannya sangat-sangat tinggi. Ada saja pose yang mereka perlihatkan. :)
Kenarsisan Yang Mengundang Tawa |
Rupanya untuk masuk ke dalam Museum harus mengantri dulu membeli tiket seharga Rp. 2000,- untuk umum dan Rp. 1000,- untuk pelajar. Karena antrian pada saat itu masih sangat panjang dan masih dipenuhi anak-anak kecil dan remaja-remaja, maka saya dan kawan saya memutuskan untuk berputar-putar hunting gambar di luar museum dulu. Mata saya tertuju pada sepeda ontel di sebelah saya. bereksperimen lah saya dengan Canon EOS 400D saya dengan sepeda ontel ini sebagai objek dan inilah salahsatu hasilnya.
Sepeda Ontel |
Kemudian lensa saya terarah kepada sepasang pemuda-pemudi yang sedang menjadi model foto temannya. Saya pun tak mau melewatkan kesempatan. Setelah memberi senyum kepada si fotografer sebagai permintaan izin untuk ikut memotret, saya pun langsung memotret. Kostum yang dipakai oleh mereka menurut saya benar-benar oldiest style. Mengingatkan saya pada pelajar jaman penjajahan Belanda karena cowoknya memakai setelan seragam jaman itu. Hmmm, lebih rapihan pelajar jaman dulu yah daripada sekarang. Kalau pelajar jaman sekarang bisa serapih itu, pasti akan lebih enak dilihat.
Objek Foto Dadakan Saya |
Dari situ saya berkeliling lagi mencari objek foto. Dan saya melihat ada kerumunan orang sedang menonton suatu pertunjukan. Untuk mengetahui pertunjukan apa yang sedang mereka tonton, saya pun mendekat, dan ternyata mereka sedang menonton Kuda Lumping. Saya terkesima sejenak karena pertunjukan Kuda Lumping sudah sangat jarang terlihat. Sayangnya saya kebagian akhir-akhir pertunjukan hingga hanya sedikit foto yang bisa saya ambil, salah satunya foto dibawah ini ketika sang pawing kuda lumping sedang berusaha mengeluarkan makhluk gaib yang sedang merasuki pemain kuda lumping tersebut.
Kuda Lumping-Kesenian Tradisional Yang Hampir Punah |
Akhirnya antrian itu pun berkurang dan kamipun memutuskan untuk segera masuk ke museum. Tapi sebelum masuk mata saya terpaku pada papan bercat orange yang bertuliskan “DISEWAKAN RP. 10RIBU ½ JAM SEPEDA ONTEL UNTUK FOTO2 PRA WEDING, KELILING KOTA TUA DLL”. Waduh, termasuk mahal untuk ukuran sewa sepeda ontel. Kalo dipatok harga 10ribu per jam mungkin mungkin masih masuk akal, tapi 10ribu per setengah jam? Sepertinya lama-lama pengusaha sewa sepeda ontel ini akan bangkrut karena ternyata kompetitornya ada yang menyewakan 7500 rupiah per jam.
10ribu untuk 1/2 Jam |
Akhirnya masuk juga kami ke dalam museum yang didirikan sejak tahun 1620 oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen ini. Gedung ini berfungsi sebagai Gedung Balai Kota. Menurut catatan sejarah, gedung ini awalnya hanya bertingkat satu. Setelah itu gedung ini terus menerus mengalami perbaikan hingga mencapai bentuknya seperti yang sekarang ini. Bahkan saat kami berkunjung kesana pun, sedang dilakukan pemugaran disana sini. Fasilitas yang terdapat di dalam museum ini adalah Perpustakaan, Kafe Museum, Toko Souvenir, Musholla, Ruang Pertemuan dan Pameran, dan Taman Dalam yang dapat dijadikan Tempat Resepsi Pernikahan.
Baru pertama masuk, saya langsung tertarik pada patung peraga yang memperagakan saat Pengeksekusian Narapidana. Rupanya dulu hukuman gantung menjadi bentuk hukuman yang paling sering dilakukan pemerintah Belanda.
Patung Peraga Hukum Gantung Pemerintah Belanda |
Memasuki lebih dalam lagi museum ini, terdapat banyak alat-alat transportasi yang dulu menjadi alat transportasi utama masyarakat. Seperti becak dan andong. Saya mengalami kesulitan mengambil gambar andongnya karena saat itu sedang ada kelompok pelajar SD yang sangat ramai sedang mengelilingi andong tersebut sambil mendengar penjelasan dari gurunya. Hanya gambar becak ini saja yang bisa saya bagi kepada anda. Sementara saya mengambil gambar ini, saya jadi berfikir apa jadinya kalau tidak ada mobil, motor, dan segala macam jenis alat transportasi dalam kota yang canggih lainnya. Mungkin orang akan bisa lebih menghargai waktu lagi mengingat waktu tempuh untuk sampai ke tempat tujuan sudah pasti akan sangat lama.
Becak Jaman Dahulu Kala |
Kemudian kami memasuki satu ruangan dimana terdapat banyak benda-benda peninggalan bersejarah yang berupa guci, tembikar, dll.
Setelah merasa cukup mengambil gambar, kamipun memutuskan untuk keluar dari museum ini dan duduk di tamannya. Sirkulasi udara didalam museum sepertinya perlu diperbaiki lagi karena masih terasa pengapnya dan terasa begitu panas. Yang menarik perhatian saya di taman ini adalah patungnya. Entah kenapa, saya senang melihat patung ini.
Nah, setelah itu kami memutuskan untuk berpindah lokasi ke Museum Wayang yang masih berada satu lokasi dengan Museum Fatahillah ini. Tapi cerita saya mengenai hunting foto saya di Museum Wayang akan saya lanjutkan di posting berikutnya. ^_^
0 komentar:
Posting Komentar